Sejarah Perangko

"Perangko" berasal dari kata "Franko" yang diperkirakan berasal dari nama seorang Italia, yaitu Francesco de Tassis, dari keluarga Thurn and Taxis (Mengenai Filateli oleh Richard Yani Susilo, hal. 23). Pada waktu itu, dia membuat suatu sistem pengantaran pos di Eropa, dengan rute pengantaran pos itu hanya terbatas di kalangan raja atau bangsawan. Sistem ini untuk pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Januari 1505.
Berbagai cara dilakukan untuk mengantarkan surat pada waktu itu, antara lain dengan mempergunakan merpati pos. Bahkan pernah menggunakan kerbau berkereta, sedangkan di Rusia pernah mempergunakan onta, anjing, dan rusa. Dibandingkan dengan saat ini, cara pengiriman maupun sistem pembayarannya lain sekali. Pada saat itu, si penerima suratlah yang harus membayar ongkos kirimnya, kini kebalikannya, si pengirim surat yang harus membayarnya.
Hati seseorang bisa menjadi sedih jika menerima surat, karena pada saat itu tidak mempunyai uang sebagai ongkos penggantinya. Apalagi jika surat tersebut berisi hal-hal yang penting. Bandingkan sekarang, orang kaya atau miskin tidak menjadi soal, bahkan akan kelihatan gembira bila menerima surat, walaupun kantongnya kosong saat itu.
Ide munculnya perangko berasal dari Sir Rowland Hill, anak seorang guru, lahir pada tanggal 3 Desember 1795. Mengapa ide ini muncul ? Karena terjadi penyalahgunaan jasa, setelah melihat kisah cinta sepasang remaja di Inggris. Tempat tinggal kedua remaja tadi berjauhan. Suatu ketika, kedua remaja tadi bersepakat membuat tanda-tanda tertentu yang hanya diketahui mereka berdua. Kemudian, mereka berulang kali mengirimkan surat tanpa mau membayar. Bagaimana hal ini bisa terjadi ?
Ternyata, si pemuda menulis surat tadi dengan tanda-tanda yang hanya mereka ketahui. Setelah surat sampai di tangan pemudi, dikatakan pada si pengantar, bahwa dia tak mengetahui siapa pengirim surat tersebut. Tentu saja, sebelum dikatakannya, ia membaca terlebih dahulu tanda-tanda yang tertera di amplop surat. Dengan demikian, si pemudi terbebas dari bea pos, karena surat dikembalikan lagi.
Post Office Reform, Its Importance and Practicability
Oleh Sir Rowland Hill, kejadian yang merugikan pihak pos tersebut cepat diketahuinya, yang kemudian mengajukan tulisan di atas. Isinya sekedar pembaharuan sistem pos yang ada, yaitu tarif pos yang sama untuk seluruh bagian Inggris sampai dengan kiriman surat yang beratnya setengah ons. Perangko selama ini dianggap sebagai suatu benda pos belaka. Padahal, di dalamnya mengandung suatu pesan khusus, yang apabila dilihat dari segi komunikasi mempunyai nilai yang tak kecil artinya. Secara resmi, perangko dikeluarkan oleh Dinas Jawatan Pos Inggris pada tahun 1840, atas usul Sir Rowland Hill.
Di Indonesia sendiri, perangko untuk pertama kalinya diperkenalkan pada 1 April 1864, bergambar Raja Willem III. Dalam perkembangannya, kini pemanfaatannya tidak hanya sekedar sebagai ongkos kirim surat, melainkan secara intensif dan sistematik perangko dipergunakan untuk menyatakan sesuatu atau guna membawa suatu message (pesan atau amanat) yang lebih luas lagi. Yakni dapat dipergunakan sebagai sumber (sources) informasi dalam arti yang seluas luasnya.
Apalagi setelah terbentuknya UPU (Universal Postale Union) pada tahun 1874, daerah edar serta pemakaian perangko lebih luas lagi. Ditambah dengan munculnya gejala semakin banyaknya peminat untuk mengumpulkan benda-benda filateli pada akhir abad ke-19. Daya tarik perangko sebagai benda koleksi semakin besar, terutama karena semakin bervariasi bentuk dan desain perangko perangko dunia. Tidak seperti perangko pada masa-masa awal kelahirannya, yang hanya melukiskan gambar lambang atau kepala negara, dan angka-angka.
Seperti halnya lukisan, ilustrasi, poster, reklame, atau karikatur, perangko pun merupakan pengejawantahan dari picture of things (benda bergambar) pada umumnya. Sebagai bagian dari "visual system of communication", dimana masing masing mempunyai ciri yang hampir sama. Melalui perangko, orang dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di masa lampau maupun kini, baik peristiwa politik, kebudayaan, maupun peristiwa peristiwa lain.
Dari perangko, kita dapat belajar sejarah, kebudayaan, flora dan fauna, teknologi, dan banyak lagi. Di samping itu, mengumpulkan perangko berarti melatih kesabaran, ketekunan, ketelitian, kecermatan, dan mendorong orang kepada aktivitas atau kegiatan yang positif sifatnya (Filateli Selayang Pandang). Bahkan di negara Eropa, orang mengumpulkan perangko untuk belajar bahasa. Seperti yang dikemukakan oleh Anthony S. Mollica, "There are those rare teachers capable of compiling grammar outline for a language using the illustration solely the inscription on postage stamps from that country" (Teaching francophonie with postage, Richard E. Wood).
Selain itupun, perangko dapat dipergunakan sebagai media propaganda yang sangat ideal, karena pesan yang terkandung di dalamnya sangat bermanfaat. Charlos Stoetzer mengatakan, "The stamp itself is an ideal propaganda. It goes from hand to hand and town to town. It reaches the farthest corners and the provinces of countries of the world. It is symbol of the nation from which the stamp mailed, a vivid expression of that country's culture and civilization, and of ideas of ideals. By the use of symbol, slogans, pictures, even loaded words, it conveys its far and wide" (Charlos Stoetzer, Library of Conggress Catalog Card No. 53-5788).
Dan selanjutnya, Carl I. Hovland mengatakan, "Komunikasi adalah proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa kata-kata, untuk mengubah tingkah laku orang lain". Jadi, pengertian komunikasi di sini adalah suatu proses dimana seseorang atau kegiatan menyampaikan perangsang berupa pikiran, perasaan, harapan, dan pengalaman, yang mengandung makna kepada orang lain, dan biasanya menggunakan lambang lambang dalam bentuk bahasa.
0 komentar: